Berita Terkini Kanker Serviks Mengintai Pengguna 9 Merek Pembalut Wanita Mengandung Klorin AnekaNews.top - Berita Terkini Kanker Serviks Mengintai Pengguna 9 Merek Pembalut Wanita Mengandung Klorin
Selama ini demi menjaga kebersihan dan kesehatan, hampir seluruh perempuan di Indonesia menggunakan pembalut ketika datang bulan. Namun, penelitian oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menunjukkan sebagian besar pembalut yang umum beredar di pasaran mengandung klorin yang membahayakan kesehatan.
1. Merek Pembalut dan Pantyliner Yang Mengandung Klorin
Anggota Pengurus Harian YLKI, Ilyani Sudrajat, mengatakan selama ini cukup banyak keluhan dari perempuan yang mengatakan pembalut yang mereka gunakan menyebabkan iritasi. "Kami sendiri orang-orang YLKI juga merasakan dampak buruk pembalut yang merugikan kesehatan," kata Ilyani dalam konferensi pers di kantornya, Selasa, 7 Juli 2015.
Adapun di Indonesia sendiri, Standar Nasional Indonesia (SNI) pembalut dan pantyliner belum mencantumkan kadar klorin di dalamnya. Ilyani menyatakan konsumen harus berhati-hati memilih produk pembalut karena menyangkut ancaman bahaya yang cukup serius. "Ini menyangkut reproduksi perempuan sehingga harus diperhatikan dengan baik. Sayangnya, pemerintah kita belum membuat regulasi tentang hal ini," ujar Ilyani.
Dalam pengujian yang dilakukan di laboratorium independen TUV NORD pada Januari-Februari 2015, terbukti sembilan merek pembalut dan tujuh merek pantyliner mengandung klorin dengan kadar beragam, dengan hasil sebagai berikut
Pembalut:
1. Charm: 54,73 ppm
2. Nina Anion: 39,2 ppm
3. My Lady: 24,44 ppm
4. VClass Ultra: 17,74 ppm
5. Kotex: 8,23 ppm
6. Hers Protex: 7,93 ppm
7. Laurier: 7,77 ppm
8. Softex: 7,3 ppm9.
9. Softness Standard Jumbo Pack: 6,05 ppm
Pantyliner:
1. V Class: 14,68 ppm
2. Pure Style: 10,22 ppm
3. My Lady: 9,76 ppm
4. Kotex Fresh Liners: 9,66 ppm
5. Softness Panty Shields: 9,00 ppm
6. CareFree Superdry: 7,58 ppm
7. Laurier Active Fit: 5,87 ppm
Produsen dari merek tersebut tidak mencantumkan kandungan klorin pada komposisi. Namun hasil pengujian YLKI menunjukkan pembalut dan pantyliner itu mengandung klorin yang biasa digunakan sebagai pemutih.
2. Pembalut Yang Mengandung Klori Berbahaya/Mengancam Kesehatan Reproduksi
Sementara peneliti dari YLKI Arum Dinta, dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (7/7), menuturkan bahwa klorin sangat berbahaya bagi kesehatan reproduksi. Selain keputihan, gatal-gatal, dan iritasi, klorin juga dapat menyebabkan kanker "Klorin memang tidak bisa dilihat secara kasat mata, jadi kami lakukan penelitian uji laboratorium dengan metode spektrofotometri," ucap Arum.
Arum juga menuturkan bahwa klorin sangat berbahaya bagi kesehatan reproduksi. Selain keputihan, gatal-gatal, dan iritasi, klorin juga dapat menyebabkan kanker.
Mengamini pernyataan Arum, Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, berkata, "Klorin itu terdapat dalam dioksin yang bersifat karsinogenik. Menurut WHO, ada 52 juta berisiko terkena kanker serviks, salah satunya dipicu oleh zat-zat dalam pembalut."
Bahayanya, sekitar 52 persen produsen tidak mencantumkan komposisi zat pembalut dan pantyliner pada kemasannya.
"Kasus tersebut melanggar Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999, yang berisi hak yang mendasar bagi konsumen adalah hak atas keamanan produk, hak atas informasi, hak untuk memilih, hak didengar pendapat dan keluhannya, hak atas advokasi, pembinaan pendidikan, serta hak untuk mendapatkan ganti rugi," papar Arum.
Pemerintah sebenarnya telah melansir bahwa klorin adalah zat berbahaya melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 472/MENKES/PER/V/1996. Kendati demikian, menurut Arum, tidak ada regulasi yang melarang adanya kandungan klorin dalam pembalut.
Arum pun mendorong pemerintah untuk segera mengeluarkan regulasi pelarangan tersebut. "Merujuk pada FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat), seharusnya ada aturan pembalut harus bebas klorin," kata Arum.
3.Reaksi dan Tanggapan Dari Produsen Pembalut/Pantyliner
Reaksi muncul dari produsen Charm. "Pembalut perusahaan kami, diproduksi melalui metode yang tidak menggunakan gas klorin," tulis PT Unicharm Indonesia di siaran resmi mereka. Mereka menegaskan proses pemutihan pulp penyerap menggunakan metode tanpa gas klorin.
Selain itu, pulp penyerap juga berada di lapisan bawah, sehingga tak bersentuhan langsung dengan kulit. Berdasarkan fakta di atas, sejak dulu tidak pernah terjadi masalah kulit apapun yang diakibatkan dari pulp. Di Jepang, Singapura, Thailand , dan negara-negara yang memasarkan produk ini pun, melakukan proses pemutihan dengan metode yang sama, dan tak pernah ada keluhan semacam ini. Produk pembalut mereka, Charm, dinyatakan memiliki kadar klorin tinggi yakni 54,73 ppm.
PT KAO Indonesia yang mengeluarkan produk Laurier dan Laurier Active Fit juga menyatakan hal sama. Mereka menegaskan produk mereka tak menggunakan bahan yang membahayakan kesehatan. "Pemilihan supplier bahan baku Laurier dikontrol dengan ketat oleh Kao Corporation Jepang untuk semua negara termasuk Indonesia dengan spesifikasi dan kualitas terbaik.
Proses pembuatan bahan baku seperti pulp dan tissue tidak menggunakan senyawa Klorin (Cl2) sehingga produk Laurier tidak mengandung gas Klorin (Cl2) atau Chlorine free," kata Consumer Advisor Manager PT KAO Indonesia Agnes K. melalui surat elektronik kepada Tempo pada Rabu, 8 Juli 2015. Mereka memastikan bahan yang digunakan tak akan menimbulkan dioksin.
Ia juga menjelaskan belum ada penelitian yang menyebutkan paparan zat kimia tertentu dari luar tubuh, ataupun pemakaian pembalut dapat memicu kanker serviks pada wanita. Penyebab utama dari Kanker Serviks adalah Human Papilomaviruses (HPVs).
4. Tanggapan Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan mengimbau YLKI membuat klarifikasi atas temuan klorin di pembalut dan pantyliner. Temuan mereka ini dianggap ada salah persepsi. "Kami harap YLKI dapat menjelaskan lebih detil wujud dan senyawa kimia dari klorin yang ditemukan," kata Maura Linda Sitanggang, Direktur Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan di kantornya pada Rabu, 8 Juli 2015.
Klarifikasi ini dianggap perlu untuk meredakan keresahan yang timbul di masyarakat akibat pernyataan tersebut. Menurut Linda, yang ditemukan adalah residu klorin dari proses pemutihan. Residu ini tak berbahaya karena bukan gas klorin.
5. Tanggapan Masyarakat Terutama Kaum Wanita
Bingung, yang benar yang mana? YLKI atau Produsen tapi mungkin ada baiknya jika kita ikut menggaris bawahi pernyataan Dirjen Bina Farmasi Maura Linda Sitanggang, yang menekankan agar pihak YLKI bisa lebih menjelaskan lebih detail lagi perihal temuannya tersebut, agar tidak terjadi keresahan yang berlarut-larut di masyarakat.
Sumber referensi: cnnindonesia.com, tempo.co
Demikian bermanfaat.
----------
#cervical-mass#pencegahan-kanker-serviks#makanan-penyebab-kanker-serviks#kanker-serviks-stadium-4#obat-kanker-serviks