Marhabban Ya Ramadhan Ya Syarul Syiam AnekaNews.top - Marhabban Ya Ramadhan Ya Syarul Syiam
Tanpa terasa sebentar lagi kita akan memasuki bulan yang penuh dengan keberkahan yaitu bulan suci Ramadhan, bulan penuh ampunan, bulan penuh ganjaran, bulan yang siang harinya mulia, bulan yang malamnya pun mulia
Nafas dan tidur kita pun mendapat pahala, dosa pun diampuni dan doapun
diterima...
Karena itu sudah selayaknya kita sebagai umat Islam menyambutnya dengan penuh suka cita dan bertekat sekuat-kuatnya untuk memanfaatkan moment yang indah ini dengan beribadah sesuai perintah Allah SWT sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Baqaroh ayat 183 yang berbunyi:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa(QS. Al Baqarah: 183)
Ayat ini mengandung banyak pelajaran berharga berkaitan dengan ibadah puasa. Mari kita kupas hikmah yang mendalam dibalik ayat yang mulia ini;
Hai orang-orang yang beriman
Dari lafadz ini diketahui bahwa ayat ini madaniyyah atau diturunkan di Madinah/ setelah Rasullah SAW hijrah, sedangkan yang diawali dengan yaa ayyuhan naas, atau yaa bani adam, adalah ayat makkiyyah atau diturunkan di Makkah.
Imam Ath Thabari menyatakan bahwa maksud ayat ini adalah :Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, membenarkan keduanya dan mengikrarkan keimanan kepada keduanya. Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini: Firman Allah SWT ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman dari umat manusia dan ini merupakan perintah untuk melaksanakan ibadah puasa.
Dari ayat ini kita melihat dengan jelas adanya kaitan antara puasa dengan keimanan seseorang. Allah SWT memerintahkan puasa kepada orang-orang yang memiliki iman, dengan demikian Allah SWT pun hanya menerima puasa dari jiwa-jiwa yang terdapat iman di dalamnya. Dan puasa juga merupakan tanda kesempurnaan keimanan seseorang.
Lalu apakah iman itu,secara gamblang Rasulullah SAW menjelaskan makna iman dalam sebuah hadits: Iman adalah engkau mengimani Allah, mengimani Malaikat-Nya, mengimani Kitab-kitab-Nya, mengimani para Rasul-Nya, mengimani hari kiamat, mengimani qadha dan qadar, yang baik maupun yang buruk. (Rukun Iman)
Namun jangan anda mengira bahwa iman itu sekedar percaya di dalam hati. Imam Asy Syafii menjelaskan: Setahu saya, telah menjadi ijma para sahabat serta para tabi in bahwa iman itu berupa perkataan, perbuatan, dan niat (perbuatan hati), jangan mengurangi salah satu pun dari tiga hal tersebut.
Dengan demikian tidak dapat dibenarkan orang yang mengaku beriman namun enggan melaksanakan shalat, enggan membayar zakat, dan amalan-amalan lahiriah lainnya, oleh karena itu pula, puasa sebagai amalan lahiriah merupakan konsekuensi iman.
Telah diwajibkan atas kamu berpuasa
Al Qurthubi menafsirkan ayat ini; Sebagaimana Allah SWT telah menyebutkan wajibnya qishash dan wasiat kepada orang-orang yang mukallaf pada ayat sebelumnya, Allah SWT juga menyebutkan kewajiban puasa dan mewajibkannya kepada mereka. Tidak ada perselisihan pendapat mengenai wajibnya.
Namun ketahuilah, di awal perkembangan Islam, puasa belum diwajibkan melainkan hanya dianjurkan. Sebagaimana ditunjukkan oleh ayat:
Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.
Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan (puasa), maka itulah yang lebih baik baginya.
Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. Al Baqarah: 184)
Ibnu Katsir menjelaskan dengan panjang lebar tentang masalah ini, kemudian beliau menyatakan: Penghapusan hukum (dianjurkannya puasa) benar adanya bagi orang yang tidak sedang bepergian dan sehat badannya, yaitu dengan diwajibkannya puasa berdasarkan ayat:
Barangsiapa di antara kamu hadir di bulan (Ramadhan) itu, wajib baginya puasa (QS. Al Baqarah: 185)
Bertahapnya pewajiban menjalan ibadah puasa ini berjalan sesuai kondisi aqidah umat Islam ketika itu. Syaikh Ali Hasan Al Halabi hafizhahullah menyatakan:
Kewajiban puasa ditunda hingga tahun kedua Hijriah, yaitu ketika para sahabat telah mantap dalam bertauhid dan dalam mengagungkan syiar Islam. Perpindahan hukum ini dilakukan secara bertahap. Karena awalnya mereka diberi pilihan untuk berpuasa atau tidak, namun tetap dianjurkan.
Dari hal ini terdapat sebuah pengajaran berharga bagi kita, bahwa ketaatan seorang hamba kepada Rabb-Nya berbanding lurus dengan sejauh mana ia menerapkan tauhid.
Sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian
Imam Al Alusi dalam tafsirnya menjelaskan:
Yang dimaksud dengan orang-orang sebelum kalian adalah para Nabi sejak masa Nabi Adam AS sampai sekarang, sebagaimana keumuman yang ditunjukkan dengan adanya isim maushul. Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid, yang dimaksud di sini adalah Ahlul Kitab. Menurut Al Hasan, As Suddi, dan As Sya bi yang dimaksud adalah kaum Nasrani.
Ayat ini menunjukkan adanya penekanan hukum, penambah semangat, serta melegakan hati lawan bicara (yaitu manusia). Karena suatu perkara yang sulit itu jika sudah menjadi hal yang umum dilakukan orang banyak, akan menjadi hal yang biasa saja.
Adapun permisalan puasa umat Muhammad dengan umat sebelumnya, yaitu baik berupa sama-sama wajib hukumnya, atau sama waktu pelaksanaannya, atau juga sama kadarnya.
Agar kalian bertaqwa
Secara bahasa arab, taqwa berasal dari fi il ittaqa-yattaqi, yang artinya berhati-hati, waspada, takut. Bertaqwa dari maksiat maksudnya waspada dan takut terjerumus dalam maksiat. Namun secara istilah, definisi taqwa yang terindah adalah yang diungkapkan oleh Thalq Bin Habib Al Anazi:
Taqwa adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya Allah (dalil), mengharap ampunan Allah, meninggalkan maksiat dengan cahaya Allah (dalil), dan takut terhadap adzab Allah SWT.
Demikianlah sifat orang yang bertaqwa. Orang yang bertaqwa beribadah, bermuamalah, bergaul, mengerjakan kebaikan karena ia teringat dalil yang menjanjikan ganjaran dari Allah SWT, bukan atas dasar ikut-ikutan, tradisi, taklid buta, atau orientasi duniawi tapi karena berharap kemulian di sisi Allah SWT sebagaimana firman Allah SWT; Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian (QS. Al Hujurat: 13)
Setelah mengetahui makna taqwa, simaklah penjelasan indah berikut ini dari Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa di rahimahullah dalam tafsirnya, tentang keterkaitan antara puasa dengan ketaqwaan: Puasa itu salah satu sebab terbesar menuju ketaqwaan. Karena orang yang berpuasa telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Selain itu, keterkaitan yang lebih luas lagi antara puasa dan ketaqwaan adalah;
Orang yang berpuasa menjauhkan diri dari yang diharamkan oleh Allah berupa makan, minum jima dan semisalnya. Padahal jiwa manusia memiliki kecenderungan kepada semua itu. Ia meninggalkan semua itu demi mendekatkan diri kepada Allah, dan mengharap pahala dari-Nya. Ini semua merupakan bentuk taqwa
Orang yang berpuasa melatih dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan menjauhi hal-hal yang disukai oleh nafsunya, padahal sebetulnya ia mampu untuk makan, minum atau berjima tanpa diketahui orang, namun ia meninggalkannya karena sadar bahwa Allah mengawasinya
Puasa itu mempersempit gerak setan dalam aliran darah manusia, sehingga pengaruh setan melemah. Akibatnya maksiat dapat dikurangi
Puasa itu secara umum dapat memperbanyak ketaatan kepada Allah, dan ini merupakan tabiat orang yang bertaqwa
Dengan puasa, orang kaya merasakan perihnya rasa lapar. Sehingga ia akan lebih peduli kepada orang-orang faqir yang kekurangan. Dan ini juga merupakan tabiat orang yang bertaqwa
Akhirnya mari kita sambut bulan suci yang penuh kemuliaan ini dengan ucapkan Marhabban Ya Ramadhan ... Marhabban Ya Syarul Syiam..
Selamat Menunaikan ibadah puasa, mohon maaf atas segala kesalahan baik yang disengaja maupun tidak kami sengaja.
Semoga puasa kita kali ini dapat menjadi saksi dihadapan Allah tentang keimanan kita kepadaNya. Dan semoga puasa kita mengantarkan kita menuju derajat taqwa, menjadi hamba yang mulia di sisi Allah SWT. Aamiin..
Semoga bermanfaat.
----------
#teks-sholawat-marhaban-ya-syahru-ramadhan#lirik-marhaban-ya-ramadhan-marhaban-syahru-syiam#marhaban-ya-syahru-ramadhan-tulisan-arab#syam#puasa