Buat Para Istri: Janganlah Terburu-buru Bawa Perasaan! AnekaNews.top - Buat Para Istri: Janganlah Terburu-buru Bawa Perasaan!
Berbagai kisah kehidupan dalam rumah tangga, bisa kita di jadikan pengalaman untuk menjadi lebih baik kedepannya. Saling mengerti dan menyadari adalah kunci pokok kebahagian dalam rumah tangga. Jangan buru-buru bawa perasaan (baper), jika sikap atau semua hal dari pasangan kita tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Terutama buat para istri, yang mana lebih mengutamakan perasaan daripada logika.
Saya kok sering kasihan melihat suami-suami ya.. Mereka di zaman emansipasi ini makin dituntut membahagiakan istri. Dan yang paling bikin horor: harus tunduk pada maklumat “Semua wanita ingin dimengertiâ€.
Lha gimana.. suami yang dari sononya bukan tipikal pembicara, dituntut jadi romantis. Bukan tipe pemerhati hal-hal detail, diminta dengan sangat untuk ingat tanggal jadian, tanggal pernikahan, kalau perlu nama penghulunya sekalian.
Mereka yang tipe to the point kita paksa menerka keinginan kita hanya melalui gerak wajah dan lengkungan bibir. Sekalinya salah terka, itu ngambek ngga bisa berhenti hanya dengan rayuan apalagi sekadar diajak makan. Akhirnya mereka memilih diam. Yang mana makin suami diam, makin jauhlah kadar ke-Baper-an kita.
Membuat suami-suami di dunia ini punya kalimat curcol yang sama: “Njuk aku kudu piye??†(Lalu aku harus bagaimana?)
Ilustrasi di bawah ini mungkin bisa memperjelas, betapa mudahnya kaum istri ini Baper, sedang di sisi lain suami sama sekali tidak paham apa yang membuat istrinya ngambek.
‪
Contoh #‎Baper 1‬
Istri : (Sudah lama nih ngga masak buat si papah. Aku mau bikin nasi kuning lengkap ah, kalo perlu dibikin tumpeng sekalian. Surprise..)
Dan si istri pun butuh ber jam-jam untuk menghias tumpeng, lalu setelahnya mempercantik diri sambil menunggu-nunggu kedatangan suami.
Tapi kemudian datanglah SMS yang mendatangkan badai tangis dan hujan airmata
“Mah, kita kan udah lama ngga makan di luar.. nanti jam 7 aku pulang. Kamu siap-siap ya..Kita langsung ke Mang Dodol tukang nasi uduk langganan kita..â€
Bisa dibayangkan bersama pemirsa, itu tumpeng akan seperti apa nasibnya... masih utuh ngga dicakar-cakar saja udah sukur..
Sementara di sisi lain..
Suami : Istriku kenapa ya, dari kemarin minta aku lebih romantis..lebih banyak waktu untuk berduaan. Ini kubela-belain pulang cepet, eee..sampai rumah, mukanya malah kaya macan bangun. Diajak keluar makan juga ngga mau. Apa karena nasi kuning ini? Yaelah.. ntar juga kuhabisin. Yang penting kan kita bisa keluar dulu..nasi kuning dimakan ntar pas mau tidur. Ribet amat sih?
‪
Contoh #‎Baper 2‬
Suami banyak masalah di kantor. Promosi jabatan gagal, difitnah rekan kerja, gaji terancam disunat. Pikiran pun penat. Yang diinginkan cuma satu: pulang, lalu tidur.
Sampai rumah...
Istri : Papah..kok lemes bener sih? Sakit? Atau capek? Mau dipijitin?
Suami : engga mah
Istri : Eeeh..mau kemana? Sini pah duduk dulu sini kita cerita-cerita
Suami : Mau mandi terus tidur, mah
Istri : Makan dulu..udah kumasakin enak-enak
Suami : belum kerasa laper.. aku mandi trus ke kamar ya
(Kasihan istriku..biarlah beban ini aku saja yang tahu. Dia pasti ingin aku cerita, tapi untuk apa sih selain menambah bebannya. Biarlah aku tidur dulu, siapa tahu besok semangatku sudah prima lagi untuk cari nafkah)
Istri : (terisak-isak)
Maunya apa sih.. sudah kumasakin, ngga dimakan. Mau kupijitin engga mau. Tapi lesu begitu, ngga mau cerita..apa aku ini sudah bukan dianggap partnernya lagi ya? apa dia sudah punya tempat pelampiasan lain? Siapa wanita itu kira-kira..kenal dimana? Cantik mana sama aku?
Dan cerita berakhir dengan suami yang tidur nyenyak semalaman, ditemani istri yang merana sampai shubuh.
***
Laki-laki.. selamanya tidak bisa kita tuntut untuk lihai mengolah rasa. Mereka tidak diposisikan untuk itu.
Apa yang ada di pikiran kita, bukan kewajiban mereka untuk menerka. Kita, kaum istri, punya kemampuan berlebih untuk bicara. Maka mari bicara banyak-banyak dan baik-baik untuk menyampaikan maksud.
Kita sering merasa sangat lelah, apalagi ibu rumahtangga yang kerjaan rumah juga kenakalan anak sering bikin mood naik turun.
Tapi jangan lupa, suami yang bertanggung jawab atas kita dan anak-anak itu.. stress juga. Bahkan kadarnya lebih besar. Ya mikir kerjaan, ya mikir biaya hidup keluarga, ya mikir impian bersama yang ingin ia wujudkan, belum ditambahi mikir kebaperan kita.
Kasihan... ;(
Mari peluk suami dalam-dalam. Ucapkan cinta tanpa harus menuntut ia mengucap kata yang sama, sesering kita. Bagi mereka, rumah yang kini kita tinggali, dan kendaraan yang kita naiki, itulah wujud cinta yang jauh lebih besar dari sekadar kata cinta.
Karena mereka, bukan kita. Maka tidak adil rasanya kalau kita tuntut mereka untuk selalu memahami kita.
Sumber Referensi: fb Wulan Darmanto
Semoga bermanfaat.
----------
#jangan-terburu-buru-menikah#tanda-wanita-siap-menikah#jangan-menikah-kalau-ini-alasannya#kemantapan-hati-sebelum-menikah#persiapan-menjadi-seorang-istri-menurut-islam