AnekaNews.top


ANEKA TIPS INFORMASI DAN BERITA
Announcement
.
Random News
Kulit yang sensitif memang merupakan jenis kulit yang manja. Mengapa dikatakan manja? Hal ini karena ... Read More »
Published: Fri, 18 Mar 2016 - 14:13:14
Category: Cerita
By: AnekaNews.top
Hits: 1/112
Comments: 0/0
Suami Yang Menggantikan Peran Istri Saat Sakit

Suami Yang Menggantikan Peran Istri Saat Sakit - AnekaNews.top

AnekaNews.top - Suami Yang Menggantikan Peran Istri Saat Sakit

Ingat beberapa bulan yang lalu, kami memang tidak memiliki keluarga lain di sini. Aku, istriku dan satu balita, hanya kamilah kekuatan rantai dalam keluarga super kecil ini. Hari itu kami menghitung penghasilan kami. Alhamdulillah, terkumpul satu juta seratus tujuh puluh sekian.

Tapi ini bukan pendapatan harian, melainkan selama 2 bulan, inilah uang kami yang terkumpul. Alhamdulillah, kami masih diberi rizqi yang cukup oleh Allah.

Suatu hari, karna kelelahan, istriku sakit. Lalu, kami ke dokter.Aku sangat prihatin. Tapi sebagai lelaki tangguh yang sudah merasa cukup dewasa dan pernah hidup di sikon yang lebih keras, saatnya aku membuktikan ketrampilanku untuk menggantikan posisi istri.
Hari itu juga aku menjelma sebagai seorang Ibu Rumah Tangga dan juga tidak melepaskan atributku sebagai bapak dan pemimpin rumah tangga.Pagi hari aku pergi ke pasar belanja urusan dapur, sayur, bawang, saledri dan seperempat daging ayam. Aku berencana akan membangkitkan selera makan istriku yang lidahnya terasa pahit-pahit.

Berkat instruksinya juga aku berhasil memasak menu yang seperti hari-hari biasa pernah ia buatkan. Tapi, ada sedikit yang berbeda, yaitu rasanya tidak seperti yang pernah aku rasakan, padahal semua instruksi telah aku jalankan sesuai arahan. Dan anakku, Si Balita (4 th) ogah-ogahan makan.

Setelah aku menyuapi anakku, memandikannya, merapikan rumah, piring, pakaian kotor dan menyetrika sedikit pakaian yang akan dipakai saja, aku kembali ke aktifitas keseharianku.

Hari berikutnya, seperti kemarin, aku membuat menu yang sama, tapi kali ini dengan caraku, improvisasi memasak, aku merasa sedikit ada bakat terpendam. Tapi hasilnya lebih parah dari yang kemarin, aku sendiri tidak berselera memakannya, akhirnya aku beli lauk yang sudah jadi. Dan anakku semakin tidak berselera makan.

Hari ke-3, aku mulai merasa pekerjaan ini berat, setelah membeli perbekalan dari pasar, aku merasa lelah dan tertidur hingga siang, akhirnya aku beli makanan dari luar untuk makan siang kami, anakku masih tampak kurang berselera makan.

Hari ke-4, sebelum ke pasar aku melihat persediaan uang, aku kaget koq sudah menipis, setelah aku hitung-hitung ternyata baru tiga hari aku sudah menghabiskan uang lebih dari Rp. 150.000,-. Padahal, kalau istriku tidak sakit aku hanya menitipkan uang Rp. 20.000,- itu sudah bisa sarapan dan makan kami 2 kali sehari. Tapi hari ini, aku membuat menu sayuran saja, kata istriku.. Lumayan enak..

Hari ke-5, istriku berusaha bangkit dan menyelesaikan urusan dapur ini setelah aku belikan semua persediaan. Aku sedikit lega, karna anakku menghabiskan makanannya dan senang aku melihat istriku bisa sedikit beraktifitas. Aku juga merasa sedikit terlepas dari beban 4 hari kemarin.

Hari ke-6, isrtiku kembali drop, tidak bisa bangkit, persediaan uang menipis, akhirnya aku bikin menu mie, anakku makan lahap, istrikupun tidak keberatan.

Di hari ke-7 sampai ke-14 aku kembali mewakili semuanya...

Di hari ke-15, istriku mulai baikan, tapi belum sanggup kerja keras, seperti pekerjaan sehari-harinya di rumah. Tapi, kali ini badanku terasa tidak nyaman dan anakku demam tinggi. Malamnya, aku tak sanggup membuka mataku, semua dunia ini terasa perputar, seluruh badan sakit, bagian perutku sakitnya juga luar biasa, serasa ingin muntah dan sudah 2 hari tidak BAB.

Melihat kondisi panas yang hampir mencapai 40 (ia selalu menyimpan thermometer), akhirnya ia memanggil dokter jaga yang berjarak 8 rumah, kata dokter itu aku terkena typhus, sedangkan anakku terkena infeksi saluran pencernaan.

5 hari aku sakit, aku tidak mau tau dengan keadaan selain kondisi diriku sendiri yang sakit, aku hanya bisa berdzikir selagi terjaga, untuk bangun aku tidak sanggup, kecuali di jam-jam shalat. Terkadang aku juga berfikir, jika tertidur dan tidak pernah bangun lagi.

Kata istriku, "Tayyamum saja, belum bisa kena air."

Tapi aku bilang, "Tidak apa-apa."Aku wudhu, walau pusingnya masih sangat terasa dengan tubuh yang menggigil.

Ia bilang, "Ya sudah, asal jangan mendzalimi diri untuk berjalan ke kamar mandi dengan sangat terpaksa."

Iapun memapahku ke kamar mandi setiap aku mau (wudhu untuk) shalat.

Di hari ke-7, aku sudah baikan (22 hari semenjak istriku sakit) dan berjalan ke ruangan lain menghilangkan kejenuhan yang berhari-hari di atas kasur. Aku perhatikan rumah cukup rapi, menu makanan yang aku rindukan mulai bisa aku nikmati, rasanya seperti hampir 1 bulan yang lalu. Anakku juga udah baikan, malah ia sempat lompat-lompat bermain.

Satu hari itu, disetiap shalat, bahkan di kamar mandi, aku menangis. Aku mensyukuri punya istri dan anak yang lucu. Istriku bisa mengurus itu semua, apa yang telah ia lakukan selama aku sakit, ia bahkan bisa mengurusnya hingga dua orang jagoannya (aku dan anakku) sembuh dari sakit, sedangkan ia belum sepenuhnya sembuh, bahkan aku malah membuat semuanya jadi sakit di saat aku sehat bugar, padahal aku sudah merasa mengerahkan seluruh tenaga ini untuk merawat mereka. Aku tidak bisa menggantikan istriku dalam urusan rumah tangga, yang dulu aku anggap itu biasa saja. Hari itu aku banyak diam menatap dirinya, masyaAllah...

Hingga hari ini aku tak bisa mengungkapkan kata yang sebanding dengan perannya dalam hidupku. Aku hanya bersyukur kepada Allah, bahwa mahkluk indah ini dititipkan kepada ku.Keesokan harinya, melihat istriku yang belum sepenuhnya sembuh, aku mengantar istriku ke laborat.

Setelah dicek, ternyata istriku terkena maagh akut dan ada sedikit luka di hatinya. Dokter menyarankan jangan dulu mengkonsumsi obat-obatan, dijaga saja jadual dan makannya. Karena bisa saja obat-obatan warung, atau antibiotik yang diberikan akan memperparah sobekan kecil di hati itu.

Mendengar itu aku semakin terdiam, aku berfikir, itu secara fisik hatinya ada goresan, bagaimana dengan perasaannya selama ini, mungkin aku pernah, atau sering menggores hatinya, bahkan aku melukainya.

Bahkan kesombonganku hingga hari ini belum bisa aku tanggalkan, aku tidak berani meminta maaf kepadanya, karna aku berfikir ia wanita yang baik dan pasti sudah memaafkan aku, jika aku khilaf dan marah dalam kepenatan, jadi aku tidak perlu meminta maaf. Suami seperti apa aku?

Melihat anakku yang mulai tumbuh dan pintar dan tidak bisa diam itu, semua peran siapa? Apakah ia besar dan pintar dengan sendirinya?
Melihat dapur yang selalu ada menu sederhana yang ia olah, hingga menjadikan diriku selalu berselera, itu peran siapa?

Aku tidak sedewasa yang aku kira, aku mulai malu dengan diriku, setelah menyadari ketangguhannya menjalani hidup dengan caraku ini.

Hingga hari ini, mereka mahkluk terbaik yang pernah aku temukan, Istri dan Anakku...

Maafkan aku, Sayang.... Maafkan segala kebodohan dalam diriku ini dan kekurangan-kekurangan yang lainnya...


Semoga bermanfaat.
----------
#peran-suami-di-rumah
#peran-suami-dalam-keluarga
#tugas-suami-di-rumah
#kewajiban-seorang-suami-menurut-al-quran
#kewajiban-suami-dalam-rumah-tangga-menurut-islam
Title Tags Search:
See Also:
Comment: (0)
No Comment.
Add Comment:
Name* :
Url :
Comment*:
[BB Code] [Smiley]
Code*: 58626
Bookmark and Share